Dua Hal yang benar dalam Payung Teduh



Pada tahun 2012 pertama kali menginjakan kaki di kota Bandung, saya menghabiskan waktu untuk internetan mencari musik baru yang belum pernah saya temukan sebelumnya. Di awal kuliah, flow keseharian saya hanya berputar di kuliah, latihan padus dan kembali kekosan. Sehingga saya punya banyak sekali waktu untuk browsing. Bahkan di hari minggu saya bisa seharian. 

Awal Semester 1, saya diperkenalkan dengan dunia clothing yang akhirnya membuat saya jatuh cinta dengan desain dan mulai mempelajari nya secara otodidak. Hampir setiap malam sampai bertemu pagi, saya bahkan keluar rumah di pagi hari untuk menunggu pedagang sarapan yang kesiangan, atau saya yang kepagian yah?

Waktu itu hari sabtu setelah mata kuliah Bahasa inggris di pelataran fakultas yang sepi, saya berbincang-bincang dengan beberapa teman soal referensi band kami. Saya waktu itu sangat bahagia bertemu "Stars and Rabbit" di Internet dan mencoba untuk mendengarkannya ke orang lain. Tahun 2012, mereka baru manggung di jogja. Temen saya merekomendasikan Payung Teduh, saya tertarik (karena pernah menonton mereka sebelumnya di TV) dan mencoba mendengarkan sepulang kuliah. 

Saya tertidur dan bangun dengan rasa lelah yang berbeda, Lagu Payung Teduh bikin saya relax. Sejak saat itu saya membantah bahwa playlist saya isinya lagu ngantuk, justru lagu-lagu yang saya putar adalah relaksasi murah meriah yang mengembalikan mood dan merubah pandang saya terhadap banyak hal. Sejak saat itu Payung Teduh menjadi salah satu band yang musiknya selalu menemani saya saat menekuni desain pertama kali. Hampir setiap malam. 

Jika mendengarkan album Payung Teduh mulai didetik pertama lagu "Berdua saja". saya akan bernostalgia ke jaman semester 1 dengan rasa ngantuk dini hari namun belum mau tidur karena keasyikan memecahkan masalah dalam desain yang sedang saya buat. 

Rasa ngantuk menjelang pagi namun dengan rasa penasaran yang sedang fokus-fokusnya.

Lalu akhirnya sampai ke proses panjang dimana album ketiga mereka lahir. Lagi-lagi tidak mengecewakan. Track "Muram" bikin saya lemah kehilangan kekuatan. Lagu ini jadi soundtrack favorit ketika sedang kelelahan. "Puan Bermain Hujan" menyentuh nurani saya dan "Kita Hanya Sebentar" membuat saya tersipu-sipu malu mendengarkan dua orang yang sedang bercengkrama dengan baik, tidak berusaha romantis namun sedang berbunga-bunga. Bagaimanapun album tersebut adalah salah satu favorit saya. 

Hingga semuanya berakhir, Payung Teduh akhirnya menemui persimpangan dan akhirnya memutuskan jalan nya masing-masing. Is (vokal) dengan segala penjelasannya yang panjang, saya menangkapnya abu-abu. Namun ego saya mengikuti arahnya. Bahwa Payung Teduh adalah band yang tidak mau berkembang (apa yang saya tangkap dari klarifikasinya). Setelah itu saya merasa punya banyak kesamaan dengan sang vokalis.

Di berbagai bidang, saya tidak akan membuang energi dan waktu untuk mengajak orang lain. Jika meraka sulit, tidak mau atau banyak alasan. Saya tinggalkan dengan kepercayaan diri bahwa saya bisa mengerjakan semuanya sendiri. 

Kalau kalian pernah ikut screening organisasi atau interview kerja, kamu akan sering mendapat pertanyaan template "Superman atau Superteam?" Kalau mau aman, jawab aja Superteam. Gak akan ditanya apa-apa lagi. Semuanya jawabnya demikian, klise. Tapi bayangkan kalau salah satu nya memilih menjadi Superman? betapa Superteam nya kita! Hati kecil saya memilih menjadi Superman. Ketika orang lain tidak bisa diandalkan, Saya harus jadi manusia super! Saya bisa selesaikan semuanya! Nyatanya Superteam tidak akan bisa apa-apa, Avengers aja masih sering berantem! 

Lalu Is (sekarang nama panggungnya Pusakata) segera mengeluarkan lagu baru berjudul "Kehabisan Kata" dan pikiran saya masih pada lirik dan lagunya yang luar biasa. Saat itu saya berpikir Is adalah Payung Teduh. Dia adalah blueprint nya, sedangkan personil lain hanya menjalankan. 

Sedangkan Payung Teduh yang tersisa dua orang (keduanya adalah personil yang paling santai) memilih untuk vakum dulu katanya. Saya berpikir tamatlah, karena Payung Teduh mungkin tidak akan mengeluarkan album baru lagi. Istirahat kelamaan lalu di lupakan pikir saya. Hampir sama dengan band-band yang ditinggal vokalis nya kebanyakan.

hanya berlangsung beberapa bulan, saya di kagetkan dengan sebuah showcase kembali nya Payung Teduh di Bandung. Saya penasaran, apa yang akan mereka tampilkan? Kok bisa secepat itu vakum nya? Dan akhirnya saya hadir malam itu, di sebuah Showcase kembali nya Payung Teduh dengan banyak pertanyaan di kepala saya.

Payung teduh tampil dengan formasi sementara, dimana Ivan menjadi Vokalis dan bermain gitar, sedangkan Cito yang tadinya bermain drum, kini berada di depan mendampingi Ivan dengan bermain bass. Formasi yang aneh. Mereka membawakan lagu-lagu Payung Teduh, oh iya saya baru sadar kalau mereka tetap bisa memainkan lagu tersebut dan sebagian besar lagu Payung Teduh bukanlah lagu milik Is, tapi ditulis oleh seorang guru teater bernama Catur Ari Wibowo. Hal tersebut sering di ungkapkan Is saat manggung. 

Payung teduh malam itu menyanyikan lagu-lagu nya dengan rasa yang biasanya, meskipun sudah berganti vokal. Semua penonton tetap bernyanyi dan mengenang masa-masa menonton Payung Teduh pertama kali. Di akhir lagu, Payung Teduh membocorkan lagu baru nya berjudul "Lagu Duka" yang membuat saya berduka, Saya merasakan ketulusan dan merasakan kesedihan mereka yang hanya jadi "korban".

Para fans berbalik, orang-orang mulai menikmati Payung Teduh yang apa adanya, sedangkan saya beberapa kali menonton Is dengan aransemen rumit nya, saya tidak mendapatkan rasa nya.

Saya mulai berpikir bahwa mungkin Payung Teduh adalah rasa yang mendinginkan ego saya. Mereka tidak terkesan tidak mau berkembang karena mengikuti hati nya dan bermain sesuai mood mereka, hal yang kepala saya tolak tapi hati saya mau mendengarkan nya. Payung Teduh adalah kesederhanaan yang kaya. Rasa yang membunuh para pendengarnya, mereka mencipta jujur sesuai perasaan mereka saja.

Sampai saya merasa, bahwa tidak seharus nya saya berada disalah satu pihak. Keduanya adalah benar, keduanya adalah sebuah kenyataan, keduanya adalah sebuah keyakinan dari mereka masing-masing. Dua hal yang benar, saya tidak bisa menjadi salah satu nya, apalagi keduanya.

Terimakasih Payung Teduh dan Is atas pengalamannya. 

Komentar

Postingan Populer