PLOT TWIST ALA PILPRES


Plot twist dalam film adalah sebuah perubahan alur cerita secara terbalik atau jauh berbeda dari plot yang sebelumnya di bangun. Hal ini ditujukan untuk membuat penonton tidak bisa menebak alur maupun ending filmnya. Nyata nya, banyak penonton yang menyukai hal ini. Bahkan beberapa kritikus film memberi rating jelek ketika plot sebuah film mudah ketebak. 

Saya sendiri adalah yang tidak begitu menyukai Plot Twist berlebihan. Cerita yang baik adalah cerita yang struktur nya solid sejak awal hingga akhir cerita. Sehingga ketika di ending film, penonton merasakan emosi nya. Kebanyakan plot twist juga bikin penonton pusing mikirnya, setelah di ending kaget, saya hanya akan ingat endingnya. Saya malah lupa cerita yang latar belakangnya disusun dengan baik diawal film. 

Akhir-akhir ini saya lagi sering mengamati politik menjelang pemilihan Capres-Cawapres yang dinamika nya cukup unik. Oposisi berusaha menyerang titik kelemahan lawan dengan memaksimalkan kesamaan emosi. Dalam hal ini, Oposisi menempatkan diri sebagai "yang tertindas" lalu merangkul orang-orang yang merasa tertindas juga. Padahal belum tentu kepentingan nya sama. Meskipun dalam tubuh mereka sendiri keos, Oposisi tetap menunggu apa yang terjadi di kubu sebelah dengan harapan ada "orang-orang tertindas baru" yang mau bergabung.

Sedangkan Petahana yang didukung koalisi dengan jumlah mayoritas berusaha menutup celah-celah rawan mereka dengan merangkul semua orang. Sayangnya, Petahana tidak menggunakan strategi seperti tim sepakbola yang mengganti titik rawan nya dengan pemain yang lebih baik di titik tersebut Sehingga jumlah nya tetap sama namun diisi oleh orang-orang yang lebih baik. Petahana melakukan hal yang beresiko dengan mengumpulkan sebanyak-banyak nya, siapapun yang mau bergabung, Petahana terbuka. Semua bergabung dengan ambisi yang berbeda-beda. Hal ini akan menjadi lebih rumit setelah kembali terpilih. 

Jika ini adalah sebuah film, Kedua tokoh dibagi kedalam dua konflik yang berbeda. Petahana (Diperankan oleh Joko Widodo) dan Oposisi (Diperankan oleh Prabowo). Tidak ada yang Protagonis maupun Antagonis, karena film dengan pemetaan sifat tokoh seperti itu cukup membosankan. Anggap saja ini pertarungan idealis dari kedua karakter. Tujuannya sama tapi caranya berbeda, Film yang menarik bukan? 

Dalam cerita Petahana, film akan fokus memaksimalkan cerita soal Jokowi menemukan pendampingnya. Ditengah banyak nya yang mau, bahkan ancaman dari kubu nya sendiri, Jokowi dan tim harus memutar otak untuk menentukan wakil ideal. Setidaknya bisa menambah suara, dan tidak membuat teman-teman lainnya cemburu dan akhirnya menyebrang. 

Cerita kedua adalah Prabowo yang masih ragu bakalan naik lagi atau enggak, berkali-kali kalah tekor juga. Prabowo seperti nya adalah karakter yang realistis. Sayangnya, Partai nya tidak. Ambisi untuk menang dan tidak ingin takluk dengan kubu lawan membuat si tokoh utama mendapat desakan untuk naik lagi. Penggambaran karakter realistis seorang Prabowo tergambarkan kembali ketika meminta sumbangan rakyat untuk bekal nya nyapres. Setidaknya kalau kalah lagi, gak sebesar dulu-dulu. Selain perseteruan antara desakan dan sifat realistis, Prabowo juga lebih sulit perjuangannya karena harus melawan desakan dari teman-teman nya yang menuntut hutang budi. Konflik yang cukup rumit untuk dapet piala citra.

Sayangnya kedua tokoh bermain politik Injury time, sama-sama menunggu. Siapa yang bergerak duluan, yang lain akan merubah strategi. Kayak main catur, strategi gak bisa disusun dari awal. Keduanya saling menunggu. Hingga akhirnya memutuskan untuk bermain di detik-detik terakhir. All out attack sehingga siapa yang lebih tidak tertebak, akan membuat lawan kebingungan menentukan perubahan strategi di detik-detik terakhir. Dalam film action, adegan penyelamatan di detik-detik terakhir memang klise, tapi formula nya selalu dipakai.

Plot Twist pertama, Muncul tokoh ketiga bernama Tuan Guru Bajang (Muhammad Zainul Majdi) di bicarakan banyak orang. Dianggap sebagai pemecah kebuntuan, dalam sebuah film, beliau adalah pahlawan yang datang terakhir dengan harapan paling besar untuk menyelesaikan konflik. Punya kekuatan, Mewakili banyak orang dan berpengalaman. Di tengah elektabilitas meningkat, TGB datang ke media dan menyatakan dukungan nya terhadap Jokowi. BOOM! penonton sejenak lemas tidak percaya. Setelah itu sebagian besar mendukung, namun sebagian lain mencaci maki, dan melupakan dukungannya. Sebuah formula Plot Twist yang menarik bukan?

Lalu muncul beberapa tokoh yang berusaha merebut kepercayaan penonton, Jendral Gatot Nurmantyo dengan karakter tegas, diyakini bisa mengalahkan Petahana yang selama ini selalu dinilai sebagai pemimpin yang tidak tegas. Agus Harimurti Yudhoyono sebagai anak mantan presiden yang kembali menarik simpatisan ayah nya dulu. Didukung oleh Partai nya yang masih menjadi salah satu partai favorit penonton. Lalu Ahmad Heryawan yang dianggap mewakili agama dan pengalaman memimpin provinsi. Ada juga pak Jusuf Kalla, partner terbaik Petahana yang sudah tidak diizinkan untuk menjabat di periode kedua. Pastinya JK adalah lumbung suara dan favorit banyak penonton. Sayangnya di film ini, beberapa karakter tersebut gagal mencuri perhatian mayoritas penonton. Akhirnya terkesan cuma jadi cameo. 

Tapi tetap saja, dua karakter utama menjadi spotlight dalam film ini. Sikap mereka bikin penonton greget dan penasaran, formula karakter yang sama yang digunakan karakter Dilan haha. Jokowi dikaitkan dengan dua nama pemimpin partai, yang satu udah masang baliho dan posko pemenangan dimana-mana, yang satu lagi malu-malu, gak pernah mengaku mau tapi selalu mendampingi Jokowi dan diam-diam meningkatkan elektabilitas nya terus-menerus setelah tampil di banyak program TV. Sedangkan Prabowo sepertinya masih bingung mau ngambil partner dari mana. Padahal salah satu partai sudah sangat ngotot, tapi lagi-lagi Prabowo masih berpikir panjang. Resiko nya ia akan dimusuhi salah satu partai. Kedua nya lagi-lagi bersikap bikin penasaran, Jokowi mengumumkan kalau inisial wakilnya M sedangkan Prabowo juga ikut membocorkan inisialnya A. Duh bikin greget dan bikin geer banyak orang. 

Mendekati ending film, Jokowi-Mahfud MD menjadi ramai dibicarakan. Koalisi Kerja bahkan desainnya sudah di sebar media sosial. Saya pribadi awalnya kurang setuju, Harusnya TGB bisa jadi plot twist yang menyenangkan, apalagi kedua nya fokus pada perekonomian dan pembangunan negara. Tapi saya sebagai penonton harus setuju-setuju saja. Toh Mahfud MD adalah karakter yang disukai masyarakat. Setidaknya film ini butuh rating, Mahfud MD akan menaikan rating film ini. 

Sedangkan Plot Twist kedua, Prabowo mengumumkan wakil yang tidak berasal dari inisial A seperti katanya diawal. Sandiaga Uno, wakil gubernur DKI Jakarta, Pengusaha muda dan kaya. Lagi-lagi saya sebagai penonton kecewa, Harusnya karakter lawan sama kuat, sehingga akan ada final battle yang seru. Saya malah curiga, Karena pak Sandiaga Uno punya kekuatan logistik yang baik, sehingga dia bisa bermain dalam film ini. Padahal akting nya belum tentu bagus, tapi yasudah lah. Film ini butuh dana besar untuk tetap di produksi. 

Saya mendengar dugaan dari penonton sebelah, katanya Sandiaga Uno sengaja mengeluarkan sedikit uang nya untuk mengundurkan diri secara elegan dari peran yang sedang dimainkan nya sekarang. Kalau menang rejeki nomplok, tapi kalau kalah yah gak apa-apa. Dia bisa lepas dari kritikus-kritikus film yang selalu menjelek-jelekan aktingnya dan kembali ke passion nya. Logis! 

Setelah film akan berakhir, eh ada plot twist lagi. Entah penonton udah mulai emosi, kaget, atau masih terkagum-kagum dengan plot twist ketiga ini. Saya sih mulai pusing, pengen segera meninggalkan kursi bioskop. Jokowi secara official mengumumkan wakilnya, KH Ma'ruf amin. Sejenak penonton di bioskop terdengar riuh dengan berbagai macam efek dari plot twist kali ini. 

Saya sebagai penonton lagi-lagi gak setuju, setelah di menit-menit akhir saya mulai menerima tokoh Mahfud MD, eh karakternya di matikan. Muncul satu karakter baru lagi. Tapi namanya sebuah film yang pengen laku, KH Ma'ruf amin sepertinya akan membawa rating lebih banyak. 

KH Ma'ruf dijelaskan dengan cerita yang kuat. Beliau tidak akan nyapres tahun 2024, kalau wakil dari ketua partai, maka akan memuluskan salah satu partai untuk mencalonkan presiden di periode selanjutnya, gak adil dong. Partai lain gak ada yang protes, dan Jokowi berhasil menutup satu lagi celah nya, sungguh strategis. Penonton pun terkagum.

Film ini udah terlalu panjang, Film ini harus dibagi dua part. Nanti bakalan di bikin DVD extended version nya gak yah? Film ini pun berakhir dengan rasa penasaran tingkat tinggi bagaimana film selanjutnya. Strategi marketing yang bagus.  

Lalu film "Dia cawapres ku tahun 2018" berakhir. 

*Credit Title* 
Lalu muncul sebuah after credit scene.

Kali ini Jokowi mengambil keputusan yang tepat untuk menyelamatkan koalisi nya, sedangkan Prabowo sepertinya akan menghadapi masalah baru di sekuel selanjutnya. Semakin seru saja. 

Sampai jumpa di film selanjutnya berjudul "Dia presidenku tahun 2019". 

*buru-buru ke toilet*

Komentar

Postingan Populer